R.A Kartini (Sumber Gambar) |
Yeyyyy… Malam minggu terakhir di
bulan April. Nggak kerasa udah mau Mei aja nih. Gimana perkembangannya mblo, masih sendiri aja? Hehehehe…. –ngebecandain
diri sendiri.
Kemarin-kemarin aku udah ngebahas
habis masalah jomblo-jombloan kan, dari gimana kita harus Menjaga Hati Jomblo,
Jomblo Kondangan dan Tips Pergi Kondangan Buat Jomblo. Kalau malam ini aku
membahas tema yang sama sepertinya terlalu monoton deh. Nah, untuk itu aku
bakal ngobrolin yang lagi happening saat ini.
KARTINI. Iya, Ibu Kartini seorang
pahlawan bangsa pemerjuang emmansipasi wanita. Berkat jasa beliaulah aku, kamu
dan semua wanita bisa merasakan hak yang sama dengan laki-laki di segala
bidang. Coba Bu Kartini nggak kepikiran tentang kesetaraan gender, bisa-bisa
sekarang aku masih bergubet kain jarik dan kebaya beserta sanggul lengkap
dengan cundhuk menthul. Hehehehehe.
Tanggal 21 April kemarin
merupakan peringatan Hari Kartini di Indonesia. Tujuannya jelas, untuk
menghargai jasa ibu Kartini. Peringatan ini nggak hanya di lakukan di instansi
pendidikan aja loh, tapi juga di instansi pemerintahan, kesehatan dan
perusahaan-perusahaan swasta lainnya. Jadi nggak heran kalau pas 21 April
kemarin tiba-tiba semua kebayaan –Kecuali cowok.
Memang ya, Kartinian identik dengan
kebaya. Anak sekolah kebayaan, masuk minimarket pegawainya juga kebayaan, ke
toko buku juga banyak yang kebayaan, ke bank apa lagi, jalan-jalan ke pasar
ketemu mbok-mbok jamu juga pake kebaya –yang itu emang tiap hari
keulleusss,,,Ehh. Nah emang sih ya udah jadi tradisi nggak tertulis bahwa
berkebaya adalah cara untuk memperingati hari Kartini.
Aku punya pengalaman nih
Kartinian pas SMP. Waktu itu kelas 2, sekolahanku mengadakan peringatan Hari
Kartini dengan cara mewajibkan semua siswa putri mengenakan kebaya beserta
sanggul tentunya. Mikir nih. Jujur waktu SMP adalah masa-masa dimana
ketomboyanku lagi maksimal. Meskipun rambutku terjuntai panjang tapi jiwa
maskulinku tetap berkobar. Nggak kebayang harus pakai kain jarik dengan sanggul
yang pasti berat dan bikin pusing, apa lagi kalau harus dandan menor khas salon.
Omegot!!! Lagian kalau kayak gitu musthi bayar make up, dan sewa baju. Duit
dari mana? Nggak kurangan akal dong. Ibuku punya kebaya, modelnya kutu baru
jadul banget emang tapi tetep kece kok. Lalu minjem jarit dan stagen ke simbah.
Simbahku emang kesehariaannya masih setia dengan jarit jadi bisa deh di pinjem
satu yang masih bagus buat Kartinian.
Baju boleh jadhul, tatanan rambut
dong. Sengaja nggak di sanggul cuman di tata sedemikian rupa cuma di plintir-plintir gitu,
Aduhh… gimana ngejelasinnya ya. Jadi rambut di bagian depan di bagi menjadi
beberapa bagian terus di plintir-plintir ke belakang satu persatu.
Pokoknya gitu deh. Itu lagi ngetren, saat itu banyak penyanyi-penyanyi yang make
dandangan kaya gitu. Itu rambut hasil karya bulik aku yang kece badai, make up
nya juga dia yang garap. Hasilnya ya gitu deh, bajunya sih tradisional banget
tapi dandanannya modern hehehehe. Sayang pada saat itu belum ada handpohone
yang ada kameranya jadi nggak bisa foto-foto, lagian punya aja nggak. Jadi aku
nggak punya dokumentasi saat Kartinian itu.
Nah, tahun ini giliran adikku
yang cewek, Si Nissa yang melakukan hal sama seperti aku saat Kartinian di
Sekolah. Pakai kebaya dan jarit punya Simbah dan tatanan rambut serta make up
di tangan kakaknya. Aku.
Pasti kamu mikir, cewek
acak-acakan kaya aku bagaimana bisa dandanin orang? Jangan salah ya, biarpun
acak-acakan kek gini untuk urusan dandan minimalis aku juga bisa. Nata-nata
rambut, kalau sekadar di kepang mah aku paling jago. Mau tahu hasilnya ini dia…
Cantik kan adikku. Kaya kakaknya.
Nih, hasil karyaku.... Kece badaikan... :D |
Nissa dan Nikken nggak jauh beda cantiknya |
Bukan Kartini tapi Nikken yang meniru semangatnya Kartini untuk maju |
Di tanggal itu juga, 21 April
kemarin maksudnya ada salah seorang temanku yang menulis status BBM seperti ini
“Kau tak harus menjadi Kartini, bila sekadar ingin bersanggul dan kebaya. Tapi untuk membebaskan diri dari kebodohan, semangat Kartini harus kau miliki.”
Keren banget nih kutipannya, ini yang nulis cowok loh. Yah, intinya dari kutipan itu kita nggak harus bersanggul atau berkebaya kok untuk menjadi seperti Kartini namun lebih dari itu semangatnya lah yang harus kita tumbuhkan di jiwa kita agar bisa melanjutkan perjuangan beliau sampai kapanpun.
Banyak cara untuk memperingati
hari Kartini, apapun itu semoga membawa dampak yang baik bagi kita semua.
Sekian cerita malam ini, sampai
jumpa di Malam Minggu Nikken selanjutnya…..
Terimakasih sudah membaca, semoga
bermanfaat. Jangan lupa klik button Join this Site, supaya kamu menjadi orang
pertama yang tahu ketika ada postingan terbaru. Jangan lupa tinggalkan komentar
karena itu yang aku butuhkan, syukur-syukur kalau di share sekalian. Aku sangat
berterimakasih.