Sabtu, 10 Januari 2015

Tali Sepatu

Diposting oleh Derek Saputri di 03.22 0 komentar


ini ilustrasi gambar tali sepatu

Kebanyakan nonton Raditya Dika akhirnya ketularan juga absurdnya. Nggak hanya dalam tulisan aja, bahkan sampai kehidupan sehari-hari. Mending kalau sama temen-temen deket, mereka udah maklum dengan segala tingkah laku keanehanku. Jadi sekali aku berulah paling mereka memalingkan muka dan pura-pura nggak kenal. Paling parah ya dilemparin kacang, kalau udah kaya gitu aku bisa loncat-loncat kegirangan. Parah kan? 

Siang itu di sekolahan sedang dilaksanakan latihan baris-berbaris. Sebagai guru yang sok-sokan peduli dengan siswanya, nemenin lah selama latihan berlangsung. Nyemangatin dari pinggir lapangan sambil bawa pom-pom trus teriak semangat berualang-ulang. Nyediain minum, ngelapin kringet, mijitin kalau capek, bawain tasnya dan….. stop!!! Berlebihan, aku Cuma ngliatin aja dari samping lapangan dan sesekali komentar gerakan-gerakan mereka yang salah.

Di dalam suatu sesi, Pelatihnya memberiku kesempatan kepadaku untuk ikut melatih. Jelas keputusan yang keliru. Aba-aba siap aja aku malah istirahat, hadap kanan malah jalan di tempat, hormat malah bubar jalan, selesai deh. Orang yang kaya gitu bakal melatih anak-anak? Semoga mereka nggak sampe terluka tertabrak bajaj. Amiin. Kan nggak ada bajaj ya? Angkot deh…
Beberapa gerakan sudah dipergakan, hadap kanan, hadap kiri, belok kanan, belok kiri, angkat teman, lempar kali dan masih banyak lagi. Ada salah satu siswa namanya Dion (bukan nama sebenarnya) yang berulang kali izin.

“Bu, izin” Dion nundhuk melihat ke arah sepatunya “mau benerin tali sepatu”
“Iya cepet!” perintahku sok berwibawa
“Selesai bu” Dion melapor dengan sikap sempurna “Boleh kembali ke barisan?”
Aku jawab dengan anggukan, tetap dengan sikap sok berwibawa yang naik dua kali lipat. Biar keren.
Latihan dilanjutkan. Prok, prok, prok, ….prok!!! suara derap kaki yang kompak dari gerakan langkah tegap maju cukup membuat semut-semut terpesona dan merelakan dirinya untuk terinjak. Tiba-tiba ada suara lagi.
 “Intrupsi bu!” Dion berteriak sambil tetap melaksanakan aba-aba “Tali sepatu saya lepas lagi”
“Henti!!! Grak!!!” aku menghentikan barisan “Cepet dibenerin”
“Siap!!!” secepat kilat Dion membetulkan tali sepatunya

Prosesi ikat sepatu selesai latihan dilanjutkan. Entah kenapa ada lagi yang berteriak untuk izin membetulkan tali sepatu. Kali ini bukan Dion lagi, tapi temannya yg lain. Satu selesai ada lagi yang izin, satu selesai ada lagi yang izin. Apa-apaan ini? Apakah para tali sepatu bersatu dan saling berkonspirasi untuk melepaskan diri dari ikatan? Jangan-jangan mereka semua hidup dan tak rela disatukan atau tiap-tiap ujungnya lagi marahan dan nggak mau sama-samaan.

Kemungkinan yang sangat rasional adalah tali sepatu itu sudah lelah dengan perlakuan siempunya. Mereka kesal tiap saat diperlakukan tidak layak, dilupakan bahkan tidak diperhatikan. Emang yang mau merhatiin tali sepatu siapa? Makanya dia sengaja melepaskan simpul supaya bisa melukai pemiliknya. Tali sepatu lepas, terinjak dan BLLLAAAAAKKKK!!! Jatuh deh. Ternyata tali sepatu bisa selicik itu. Aku nggak nyangka.

Makanya nih buat kawan-kawan, terutama yang punya sepatu yang bertali jangan sekali-kali mengabaikan keberadaan tali sepatu. Bendanya kecil sih, sepele tapi bermanfaat besar. Selain itu buat jaga-jaga aja, ternyata mereka mempunyai otak jahat untuk melukaimu makanya dibaik-baikin aja.
Ok, sekian cerita malam ini. Kalau kamu merasa nggak paham atau malah jadi pusing berarti normal. Ya begitulah tulisanku. Maaf ya…. By the way terimakasih sudah baca…
 

Malam Minggu Nikken Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | Illustration by Enakei | Blogger Blog Templates