Sabtu, 14 November 2015

Upacara Bendera

Diposting oleh Derek Saputri di 05.35 0 komentar

Ini adalah foto pas kelas XII sebelum mengikuti upacara bendera yang terakhir sebagai anak SMA
Bendera dibentangkan, petugas berteriak “Bendera Siap!” yang kemudian disambut dengan aba-aba penghormatan dari pemimpin upacara “Kepada Bendera Merah Putih, HORRRMMAAATTT GRAAAAKKK!!!” lagu kebangsaan mengalun sang Dwi Warna naik perlahan dengan anggunnya disaksikan oleh seluruh peserta upacara yang hidmad memberi penghormatan. 
 
Sumpah deh aku kangen banget sama upacara bendera. Bagi kebanyakan anak sekolah upacara dianggap sebagai rutinitas yang membosankan. Harus berdiri, menahan panas matahari, harus berpakaian lengkap lagi. Lupa bawa topi? dihukum. Sepatu nggak hitam? juga dihukum. Dasinya ketinggalan? Apa lagi? pasti dihukumlah. Guling-guling di lapangan tanpa alasan sambil teriak-teriak? Upacara bubar, disangkanya kamu kesurupan. Hahahaha.

Sebeneranya sih, aku nggak jauh beda sama anak sekolah pada umumnya. Yang namanya harus berdiri di lapangan, kepanasan dan harus anteng, bosen juga kali ya… tapi asal kamu tahu, meskipun demikian aku sangat menantikan upacara bendera. Buatku upacara bendera adalah suatu hiburan tersendiri. Kalau kamu jeli banyak momen-momen lucu yang terjadi selama upacara berlangsung, yang paling sering adalah grogi.

Tiap orang punya gaya groginya masing-masing. Termasuk pemimpin upacara pada saat itu. Aku lupa namanya, pas itu aku masih SMA kelas XI dan pemimpin upacaranya kakak kelasku, kelas XII. Badannya tinggi semampai –dalam arti sesungguhnya, bukan semeter tak sampai. Tegap, langkahnya gagah, agak item-item dekil gimana gitu…tapi manis. Keren deh pokoknya.saat masnya itu sudah berdiri di tengah lapangan, entah mengapa kaki kanannya gemeteran. Kenceng banget, sampe kliatan kalo celananya juga ikut goyang-goyang. Grogi berat nih masnya. Nah, peserta upacara yang tau pasti ketawa dong, tapi ya nggak vulgar agak ditahan gitu ketawanya meskipun dalam hati sebetulnya udah ngakak sambil gulung-gulung. Hahahaha aku curiga nih, kalau lebih lama lagi masnya ini berdiri bisa-bisa nggak Cuma gemeteran aja langsung goyang malahan. Goyang dangdut. Hahaha, habisnya pas Pembina udah di mimbar itu gemeterannya semakin parah. Bahkan udah menjalar ke pantat. Dan kami yang dibelakangnya, cengengesan lah. Pemimpin upacaranya goyang dangdut, trus tiba-tiba ada yang guling-guling sambil teriak-teriak ke tengah lapangan. Langsung deh, bubar! Lha dua-duanya kesurupan sih. Hahahaha.

Jangan kamu kira, lantaran aku seneng upacara terus aku orangnya tertib banget gitu? Nggak. Kadang aku juga ngelanggar aturan sih. Seperti, menyusup ikut barisan kelas lain biar bisa becanda sama temen, terus dijewer wali kelas sambil digeret menuju barisan yang seharusnya. Ya, iyalah niat nyusup tapi baris paling depan ya langsung ketahuan. Nggak bawa topi, terus ikutan baris sama tim paduan suara, pas nyanyi ternyata fales, ketahuan deh gadungannya trus akhinya dihukum sama pelatih pelatih paduan suaranya. Jadi komentator jalannya upacara, sambil bisik-bisik tentunya. Segala macam kejadian di lapangan nggak luput dari komentar-komentar jenaka, kadang saking lucunya nggak sadar kelepasan ngakak, kena jewer lagi sama guru yang tugas di belakang. Aku kok sial banget ya? Ketahuan mulu. Satu lagi, dan mungkin kamu juga melakukannya, yaitu bertepuk tangan ketika Pembina upacara selesai member amanat. Bukan karena isi amanatnya tapi lebih karena ‘alhamdulillah sudah selesai’ hahahaha, nggak peduli amanatnya yang jelas kami seneng banget kalau itu sudah selesai. 

Tapi untuk momen pengibaran bendera. Aku nggak berani ngebecandain. Itu adalah momen sacral yang keknya aku bakal kualat kalo dibikin guyonan, toh kalo pas pengibaran aku malah nggak bisa ngomong. Pengennya ngasih penghormatan aja sambil menikmati lagu ‘Indonesia Raya’ dan nggak jarang aku ngrasa merinding atau dalam upacara-upacara tertentu bisa sampe nangis terharu. Saking cintanya kali ya sama Indonesia? –tu kan, Indonesia aja aku cintai apa lagi kamu? Hoi sadar hoi! #lhoh

Hahaha, seneng deh pokonya sama upacara bendera dan segala hal yang berkaitan dengan sekolah. Makanya sampe sekarang aku nggak pengen jauh-jauh dari sekolahan. Bahkan sampe aku udah kerja pun di sekolahan. Suka, duka, sebel, gemes, geli, kadang juga capek sih, cuman yaaaaa….nggak apa-apa sih yang penting aku di sekolahan. 

Sekian, met malam minggu kamu…

Sabtu, 07 November 2015

Pak Raden Terimakasih Banyak

Diposting oleh Derek Saputri di 06.09 0 komentar

Kumis Khasnya Pak Raden

Pak Raden adalah sosok budayawan dan seniman luar biasa. Diidolakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kiprahnya total dalam berkesenian. Menjadi inspirasi untuk generasi selanjutnya.

Iya, malam minggu ini lagi pengen bahas Pak Raden atau nama aslinya Pak Suyadi. Beliau adalah orang yang berada dibelakang terciptanya tokoh Unyil. Sebuah boneka anak-anak sebagai interprestasi anak Indonesia kala itu. Pada serial Si Unyil kisah yang diangkat adalah tentang kehidupan sehari-hari. Sangat sederhana, sehingga mudah dipahami oleh anak-anak yang setia menantikannya tiap hari minggu di TVRI.

Selain sebagai sutradara, Pak Suyadi juga sebagai pengisi suara tokoh Pak Raden. Tokoh ini merupakan tokoh antagonis, turunan bangsawan Jawa yang meditnya bukan main, pemarah dan selalu beralasan ketika diajak kerja bakti. Meskipun demikian banyak pitutur luhur yang beliau sampaikan melalui tokoh Pak Raden.

Sampai di sini aku bingung mau nulis apa lagi?

Pengen banget rasanya jadi seperti Pak Raden, yang memiliki kecintaan kepada anak-anak secara total dan dapat menginspirasi banyak orang.

Sekarang beliau sudah tiada. Semoga beliau tenang dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Dan semoga perjuangan beliau ada yang meneruskan.
 

Malam Minggu Nikken Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | Illustration by Enakei | Blogger Blog Templates