Takut nih, jangan-jangan setelah aku teriak ‘Hai’ kamu bakal
nimpuk aku. Iya deh, iya aku yang salah. Makanya malam minggu ini aku bakal
tebus kesalahanku itu. Apa kamu bilang? Nggak semudah itu? Iya sih emang
terlalu lama aku absen tiap malam minggu. Bukan karena aku udah punya pacar,
statusku masih sama seperti postingan yang terakhir. Jomblo. Jomblo yang maksa
kece.
Seperti biasanya malam minggu kali ini aku habiskan di
rumah. Setia dengan Jeni, laptop merah muda pemberian ibu. Bercengkrama bersama
tuts-tuts keyboardnya sambil ikut bersenandung mengikuti nada dan irama yang
keluar dari winamp.
Dengan menahan sedikit kantuk, lantaran jam tidur siangku
sukses dirampas teman-temanku yang mengajakku berpikir satu sore tadi.
Hooooaaae mmm!!!! Tu kan nguap lagi. Okelah, dari pada ujug-ujug nggak sadarkan
diri langsung aku certain aja pengalaman anehku seminggu ini. Semua berhubungan
dengan pendekatan alias ‘PDKT’.
Biarpun aku jomblo udah lama tapi tetep lho ada yang
ng-pdkt-in. jadi kamu jangan ngira aku jomblo gara-gara nggak ada yang naksir. Ada
dong, tapi kadang nggak kebeneran aja.
Cowok khilaf yang pertama, sebutlah De (nyrempet nama
aslinya). Aku kenal dengan De sekitar dua tahun yang lalu. Saat itu lagi ada
tugas kuliah buat film, nah De yang ngebantuin aku. Kalau diitung-itung
intensitas bertemu dengannya nggak lebih dari lima kali. Pertama saat shooting.
Terus pas filmnya jadi. Lalu pas aku minta file foto. Terakhir pas aku minta
file filmnya. Udah setelah itu nggak tahu De ada di mana.
Secara usia, De lebih tua. Sekitar setahu atau dua tahun
gitu di atasku. Jika benar jadi pasangan, secara umur ideal, nggak seperti
mantan-mantanku selama ini mereka selalu lebih muda. Ok, lupakan! Secara sikap,
De orangnya baik, manis juga sih, lumayan bisa ngirit gula di rumah, cuman
tampangnya serius mulu. Senyum aja senyum serius. Kamu tahu ka nada banyak
macam senyum di dunia ini, lain kali aku bahas dalam postingan tersendiri. Nah,
kalau De dia selalu menampakkan senyum formalitas. Cukup menarik beberapa otot
pipi sedikit saja kemudian bibir terlihat agak melengkung seadanya. Nggak
keliatan gigi, ekspresi mata juga nggak berubah tetep aja datar. Tapi pada
dasarnya dia cakep.
Emang udah lama banget sih, aku tidak berinteraksi
dengannya. Cuman dua bulan belakangan ini kami jadi rajin bbman. Tiap pagi,
siang, sore dan malem (itu kalau dia nggak tidur duluan). Bahasan dalam bbm
kami pun belum pernah sampai menyentuh hal-hal serius tertentu. Namanya juga
chatting ya, jadi ya bawaannya dibuat becandaan. Misal seperti ini,
De (D) ‘Laper kakak :D’Aku (A) ‘Makan dong’D ‘Makan apa?’A ‘Apa ya?’D ‘Enaknya apa ya?’A ‘Apa hayoooooo?’D ‘Ummmmm, Apa yaaaaa….’A ‘Aaaaa, aku tahu!!!!’D ‘Apa?’A ‘Apa ya???’D ‘Lhah, apa lho?’
…………..seterusnya masih dengan apa? Apa? Dan apa? Sampai batreku
mati baru drama ‘apa-apaan’ itu berakhir. Biasanya kalau sudah begitu aku ke
pojokan sambil nangis meratapi kondisi hp-ku. Hidup ini nggak adil. Lagi seru-serunya
kenapa malah mati. Huhuhuhu…..
Apa? seru? Cuma ‘apa-apaan’ kaya gitu seru?
Kamu pasti mikir kaya gitu kan? ya emang sih sama sekali
nggak menarik, bahkan lebih menarik tali kolor babe gue. Tapi, kamu tau nggak
sih ada sesuatu yang unik dalam obrolan bbm itu. Kami saling membalas dengan
pertanyaan yang sama, karena apa? Karena kami tahu jika pertanyaan itu sejak
awal dijawab dengan semestinya maka obrolan akan berakhir. Dengan kata lain ‘apa’
yang dibalas ‘apa’ merupakan usaha untuk memperpanjang obrolan. Meski tak
berisi namun cukup menyenangkan.
Cowok yang kedua, namanya Ah (mendekati nama asli) seorang
dari komunitas yang sama tapi berada di kota berbeda. Berawal dari ketertarikan
beliau dengan buku yang aku online kan, kami ngobrol di fb. Lama-lama ngobrol
usuran buku sudah tidak dibahas lagi mulai deh topiknya memuji foto profilku. Syukur
Alhamdulillah aku dikaruniai wajah yang fotogenic alias cantik kalo di foto. Hehehe,
apa lagi kalo kamera yang digunain kualitasnya bagus akan semakin bagus juga
fotoku. Tapi jangan sekali-kali tanya aslinya. Sudah nggak usah di bahas.
Masih dalam chatroom fb, dia nanya aku udah punya cowok apa
belum? Namanya siapa? Dan bla blab la bla….. sampai akhirnya dia minta nomor hp
dan kami pun smsn. Aku bilang Ah terlalu cepat dalam pdkt. Bayangin aja dia
langsung berani manggil sayang. Yang ada aku ilfill duluan. Jadi semu smsnya
aku balas ala kadarnya. Beraharap ini segera berakhir. Tapi tetep aja Ah gigih
meng-sms duluan. Bukannya nggak seneng sih, hanya saja ini terlalu cepet aja.
Lanjut cowok yang ketiga. Ini yang paling absurd dan sempet
membuatku takut. Jadi nama cowok itu… ummm, dia nggak cowok ding? Hah? Bukan cowok,
lalu?
Beliau lebih pas di
panggil Bapak. Karena setelah aku baca profil fbnya, beliau seangkatan dengan
Ayahku. Kamu jangan kaget dulu!!! Tenang, tenang….!!!
Jadi ceritanya begini. Aku dan bapak itu memang udah
berteman dalam fb udah agak lama. Suatu pagi dia mengirim sesuatu di dindingku.
Kek nyapa-nyapa gitu. Aku menfhormati beliau ya yang lebih tua jadi aku balas
aja seperlunya. Lalu berlanjut deh, muali tanya aku udah kerja atau masih
kuliah, anak ke berapa, rumahnya di mana… aku jawab seperlunya aja. Sampai pada
akhirnya dia bertanya aku sudah punya pacar atau calon belum? Udah agak enak
nih bahasannya kamu tahu kan maksudnya? Terakhir bapaknya nulis ‘jujur saya
juga belum ada jodoh’
Jedaaarrr!!!!!! Bagai kesengat setrum raket listrik. Sungguh
ini mengagetkan dan juga menakutkan. Membuat tangan kaki kesemutan, mata
terbelalak dan mulut menganga tak percaya. Bisa-bisanya seorang yang seangkatan
dengan Ayahku mengatakan ke aku?
Tanpa komen lebih lanjut langsung ambil tindakan. Hapus. Oke
semua berakhir. Nggak tahu deh, ini termasuk pdkt atau nggak, aku nggak mau
ambil pusing.
Tapi dari ketiga laki-laki di atas, yang membekas yang
pertama sih. Sampai sekarang masih aja tuh betah dengan model bbman kaya itu. Hehehe,
bahkan aku bisa lompat-lompat kegirangan hanya karena De mengirim pesan ‘udah
maem?’ Uuuuaaaa!!!! Pertanyaan sederhana yang heboh efeknya. Hahahahaha…. Udah ah,
aku mau bbman lagi.
Caw!!!!