Jumat, 29 Januari 2016

Nikken Kapan Nikah?

Diposting oleh Derek Saputri di 20.37 0 komentar
Waktu itu  di sebuah pelatihan, aku lagi serius-seriusnya merhatiin materi tiba-tiba ada bbm masuk.

“Ken, kamu nikah kapan?”
Whaaattt!!!! Apa-apaan ini? Nggak ada angin nggak ada hujan matahari bersinar cerah simpang lima juga masih di semarang. Kenapa kamu tiba-tiba nanya aku kapan nikah? Sebelumnya ngobrol juga nggak.

Heran deh, semakin kesini pertanyaan-pertanyaan semacam itu semakin nggak mandang konteks. Hellllooowwww!!! Sis! Bro! gue lagi pelatihan! Bukan ikut seminar kelas cinta, tapi pelatihan pembuatan media pembelajaran. Apa hubungannya sama gue nikah kapan.

Kecuali, kalau kamu nggak sengaja ketemu aku di sebuah kondangan, nah kalau pas itu kamu nanya “Kalau Nikken kapan nih nyusul?” meskipun tetep nyesek sih cuman konteksnya tepat, suasana juga mendukung.

Nah, loh!!! Pas pelatihan, pemateri lagi nerangin sesuatu dan aku juga lagi serius-seriusnya tuh merhatiin, tiba-tiba bbm masuk kamu nanya aku kapan nikah. Aku harus jawab apa? Misal aku jawab “Wah, belum tahu” atau “Belum tahu jodohnya nih” apa terus kamu bakal ngasih solusi? Tiba-tiba kamu bawain aku jodoh gitu? Belum tentu kan?

Teman, please tolong jangan pecah konsentrasiku dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum tentu aku bisa jawab. Lagian pertanyaan seperti itu lebih sering membuat aku baper dan galau, ujung-ujungnya mandheg dalam berkarya. Pikiran jadi kacau, ide nggak mau keluar, karya? Jangan ditanya, pastilah tersendat.

Ok, ok…. Aku bukannya nggak mikirin soal pernikahan. Aku mikir, bahkan sangat memikirkannya. Jungkir balik aku mikirin itu. Apa mau dikata kalau jodohnya belum ketemu? Apa aku harus pergi ke tempat ramai terus merhatiin satu-persatu cowok di sana, kalau ada yang cakep dan sekiranya cocok langsung aku Tanya “mau nikah sama aku nggak?” gitu?

Enggak kan????

Sekarang aku dalam posisi menunggu. Menunggu dipertemukan sama jodohku. Dalam masa penantian ini, aku nggak mau terjebak di lingkaran galau dan baper yang nggak berkesudahan itu. Aku memilih untuk membuat karya, apapun itu. Sekuat tenaga aku mengesampingkan kegalauan dan kebaperanku akan pertanyaan kapan aku nikah, demi menciptakan karya-karya yang dapat menjadikanku menjadi manusia yang lebih baik, (nah lo, panjang banget kan) berguna dan menghasilkan tentunya. Yahhh, lumayan lah bisa nambah-nambahin modal nikah.

Sampai pada akhirnya ketika waktunya tiba, aku dipertemukan dengan jodohku. Di saat itulah aku sudah siap, siap yang sesiap-siapnya. Jadi, selama aku masih dalam posisi menunggu, tolong dukung aku, semangati aku, supaya aku dapat berkarya, dapat meraih impian-impian yang belum terwujud.

Mulai sekarang stop ya nanya “Nikken kapan nikah?” Ini nggak hanya buat aku, tapi juga untuk semua orang yang setia berjuang dalam proses penantian seperti aku. Mari saling mendoakan, untuk kebaikan aku, kamu dan semuanya. Semoga hidup kita selalu menyenangkan dan penuh keberkahan. Amiin.

Malam minggu yang menyenangkan bukan, meskipun aku hanya tidur tengkurap sambil mainan laptop. Iya kan?

Jumat, 22 Januari 2016

Mantan (Part 1)

Diposting oleh Derek Saputri di 19.17 0 komentar
Foto lama ini, dua tahun yang lalu
Udah beberapa minggu ini aku absen nulis, dan absen ngumenyapa kamu di malam minggu. Gimana, udah kangen belum? hehehehe, maaf beribu maaf yeeeee beberapa minggu yang lalu ada masalah dalam kepemilikan kuota jadi kagak bisa posting apapun.

Sebenernya aku bingung mau cerita apa malam ini. Mau bahas Bom Sarinah ehhh malah polisi ganteng yang jadi sorotan. Giliran pengen bahas polisi ganteng, sana-sini udah banyak yang bahas. Latar belakangnya lah, harga tasnya, sepatunya, gayanya, dan lain sebagainya. Kalah cepet kan aku. Sampai pada akhirnya, dalam puncak kebingungan memilih tema yang harus diceritakan aku putuskan untuk menceritakan MANTAN.

Kamu punya mantan?

Biarpun aku jomblo yang cenderung ngenes, aku juga pernah punya pacar. Ada beberapa sih, cuma 5 dan nggak berencana buat nambah lagi. Mantan mah, bikin sakit. Sakit hati, pikiran, jiwa, raga dan sebagainya. Ya meskipun nggak semuanya sih...
Pertama kali pacaran tahun 2011, udah kuliah semester 5. Pacar pertamaku dia lebih muda, seumuran adikku. Sebut saja dia Jono, nama aslinya lebih kuno daripada itu. Kami mulai dekat dari tahun 2010 waktu itu dia masih SMA. Biarpun SMA dia tergolong cowok yang handal dalam menggaet target. Telaten banget waktu pedekate.

Awalnya, aku nggak terlalu respon sama Jono, secara dia lebih muda seangkatan sama adekku pula. Bapak juga nggak suka, alasannya sama. Lebih muda. "Cah SMA diurusi!" begitu kata bapak pas dia pertama kali maen ke rumah. It's mean lampu merah. Jangan dilanjut. Tapi kalao aku pribadi agak terkesan sih, soalnya kami beda kota butuh perjuangan untuk sampai di rumahku.

Tiap pagi dia selalu menyapa dengan smsnya, entah itu ucapan selamat pagi atau sekadar menanyakan "udah bangun belum, jangan lupa salat"tanggapanku sih seadanya paling aku jawab iya, atau udah, atau malah nggak dijawab. Nggak punya pulsa soale. Untuk catatan ya, saat itu belum ada android maupun BBM jadi masih pake hp polyponic heheheh, kalaupun udah ada aku belum mampu beli kaliya. 

Lanjut. Selain sapaan dipagi hari hampir tiap jam ada aja sms dari Jono. Saat itu aku sempet heran ini orang sms mulu di sekolahnya nggak ada gurunya kali ya, atau gimana? isi smsnya standar paling tanya udah makan belum, atau lagi apa. Itu-itu doang dan selalu aku jawab meskipun dengan jawaban seadanya. Pagi, siang, sore sampe malem sms mulu, sampai suatu ketika aku jadi terbiasa dan ngrasa kehilangan kalau nggak ada sms dari Jono. Di sinilah dia udah mulai berhasil mengambil hati.

Beberapa kawan sudah memperingatkan aku kalau dia nggak baik buat aku, pacarnya banyaklah, sukanya ginilah, gitulah dan yang paling parah ada seseorang yang bilang di kamar kosnya ada daftar nama cewek yang dia suka dan itu dideketin satu-persatu, kalau gagal dicoret kemudian lanjut ke nomor berikutnya. Aku sempet nggak percaya sih. Apa iya sih Jono irang yang seperti itu? Kalaupun iya, itukan dulu dan tiap orang bisa berubah kan? 

Akupun tetep deket sama dia, deket, deket, deket, sampai pada akhirnya dia nembak. Itu posisinya dia udah lulus SMA dan udah kerja kayane, maka berani nembak orang yang notabene lebih tua dan seorang mahasiswa. Dia melancarkan aksinya itu, nembak maksudnya ya, hehehehe di pantai. Pasir putih, langit biru, laut juga biru, alunan gamelan (pas itu nggak tahu kek ada pertunjukkan wayang tapi sederhana) dia mengutarakan isi hatinya. Yah, singkat cerita aku mengiyakan. Jadi deh. 

Namun sejak itu.....
aku pernah baca sebuah quote "Nelayan tak akan memberi umpan kepada ikan yang udah berhasil ditangkap" iya dia mulai berubah. Bahkan sehari setelah di pantai. intensitas smsnya berkurang. Jadi aku yang lebih sering sms duluan dan dibalas dengan seadanya. Lalu sampai suatu ketika ada seorang cewek yang inbox aku via fb.

Dia, pacarnya Jono. Kami ngobrol panjang lebar, sampai pada kesimpulan aku seorang selingkuhan. Hisssss, kasar banget. Aku nggak tahu itu semua. Aku bingung, dan yang aku bisa cuma minta maaf ke mbaknya yang ngechat itu. Sejak saat itu aku nggak pernah sms maupun telpon Jono. Cukup. 

Iya, cukup. cukup juga untuk ceritanya. Biarpun menyakitkan, akupun berterimakasih kepada Jono karena berkat dirinya aku bisa belajar supaya tidak terlalu mudah luluh dengan ketelatenan seorang cowok dalam pedekate sebelum kita tahu bahwa dia adalah orang yang baik. Selain itu mendengar saran dari teman itu juga perlu apalagi kalau temanmu itu udah tahu latar belakang si cowok yang mendekati kamu. Dan yang terakhir pastikan dia single sebelum kamu memutuskan suka sama dia atau nggak.

Itu, semoga bermanfaat ya. ini pengalaman pahit tapi banyak pelajaran dari situ. Sekali lagi terimakasih kepada Saudara Jono sudah memberi pembelajaran yang begitu berarti. Untuk informasi, kami masih berhubungan baik, sebagai teman lama.
 

Malam Minggu Nikken Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | Illustration by Enakei | Blogger Blog Templates