Ini ibunya aku |
What’s
up every body? Maaf banget
minggu ini telat posting cerita malam minggu ku. Yeeee, seperti kamu tahu lagi
musim banjir dan kediaman tercinta nggak luput dari pembagian jatah air yang
begitu, begitu dan begitu melimpah! Nah ceritaku kali ini nggak jauh-jauh dari
banjir dan akan mengangkat tokoh dari orang terdekatku, slah seorang dari
anggota keluarga Derek. Siapa dia? IBUKU.
Eng-ing-eng!!!
Karena
ini cerita ibuku, emmmm sebenere agak takut sih. Takut durhaka sama beliau.
Yah, harapannya habis ini aku nggak jadi Malin Kundang versi cewek lah ya.
Ssssttt!!! (agak bisik-bisik) jadi ini rahasia antara kamu dan aku doang ya,
jangan bilang siapa-siapa, Janji?
Oke,
aku cerita!!!
Nah,
sore itu Kamis 22 Januari 2014. Hujan turut dengan ganasnya di desa kami. Pelan
tapi namun cepet akhirnya sungai di sebelah rumah nggak kuasa menampung debit
air ya begitu luar biasa. Mbleber deh ke rumah warga. Termasuk rumahku.
Awalnya hanya halamannya aja yang banjir, tapi air semakin naik, naik, dan naik
kemudian dia mengetuk pintu terus duduk-duduk deh di ruang tamu,
akhirnya menyebar ke seluruh sudut rumah. Heran ini air apa orang yang tersesat
ya? Pokoknya gitulah.
Barang-barang
udah dinaikkan, insyaAllah semua aman. Ketinggian air pada saat itu masih 30cm.
Aku lagi telpon-telponan sama sahabatku, Dian. Dia tanya keadaanku, banjirnya
seberapa, makanan dan minuman kurang apa nggak, baju hangat, mau ngungsi di
mana, terus itu airnya deres apa nggak, bobok di mana dannnnnnn..... masih
banyak lagi. Sampai aku berpikir sepertinya aku salah telah mengabari dirinya.
Pengennya sih, aku yang ditenangin eh! Malah aku yang harus nenangin dia
soalnya dia malah lebih panik. Hehehehe sebegitu sayangnya dia terhadap diriku.
Ow.ow.ow
Lanjut!
Ditengah asiknya obrolan kami. Emmm, settingnya di ruang tamu ya, aku lagi
jongkok di atas ranjang yang sengaja di pindah ke situ. Nggak ada alasan
tertentu sih memilih posisi jongkok, dan juga bukan karena aku pengen pup
sambil telponan. Ya, kembali ke jalan yang benar! Jadi di tengah asiknya
obrolan kami berdua lalu dengan santainya seekor ular coklat seukuran dengan
belut remaja agak tua melenggang anggun sambil melambaikan tangan bak putri
Indonesia di depanku. Ular mana punya tangan?! Saat itu aku hanya diam,
terkesima, kaget, speechless, bingung, nggak percaya, takjub, tercengang, haduh
apa ya? Intinya aku takut sampai nggak bisa ngapa-ngapain. Pilihan terakhir ya,
“Ibuuuuuuuuu!!! Ada ular masuk rumah!!!” (kejadian aslinya pake bahasa Jawa,
sudah aku Indonesiakan agar semua ngerti). Sekejap, setelah mendengar
teriakanku ibu datang layaknya super women yang akan menyelamatkan anak kecil
yang nyangkut di pohon, lengkap dengan senjatanya. Sebuah tongkat sapu. “Mana
ularnya?” tanya ibu. “Masuk kamar” jawabku masih shock dan semakin shock
melihat heroiknya ibuku. Love you full deh pokoknya.
Tanpa
menunggu komando dari siapapun, karena emang nggak ada yang ngasih komando
hihhihihi ibu masuk ke kamar. Entah apa yang terjadi di kamar itu. Dalam
pikiranku ibu langsung memukul ular itu, mencekeknya, membantingnya, dan
ngata-ngatain ‘dasar ular nakal, masuk rumah nggak permisi!’ atau ibu berperang
dulu dengan jurus-jurus layaknya sinetron laga, karena ternyata ular itu adalah
siluman. Adu juruspun tak terelakan, ibuku dengan tongkat saktinya mengarahkan
tembakkan api yang mematikan ke arah ular. Si ular tak mau kalah, menyembur
dari mulutnya yang unyu-unyu semburan pembeku yang dapat membekukan apapun di
sekelilingnya. Dengan gesit ibu dapat menghindarinya. Singkat cerita setelah
beradu jurus dan kekuatan pertempuran yang hanya terjadi dalam pikirannku itu
dimenangkan oleh sang Ibu. Yeeeeeeee, tepuk tangan dong untuk ibuku. Hehehehe
Tapi
yang sebenarnya terjadi adalah “Aaaaaggghhhtttt!!!!! Aaaaaggghhhtttt!!!!!
Aaaaaggghhhtttt!!!!!” teriakan ibu histeris.
Saat
itu aku bingung lengkap dengan takut. Pikiranku bertanya-tanya. What happen
with my mom? Apakah digigit? Apa berhasil mengalahkan ular? Atau?
“Ibu
kenapa?” tanyaku tak kuasa menahan rasa penasaran “Bu, kenapa?” tanyaku sekali
lagi.
Tak
ada jawaban dari dalam. “Ibuuuuuuuuuuuuuu” suaraku semakin panik.
Lalu
ibu keluar dari kamar, masih dalam keadaan utuh. Huft! Alhamdulillah. Aku lihat
mukanya shock, kesimpulannya ibu lebih takut dari aku makanya tadi sampai
histeris teriak-teriaknya. Hemmmmm, jauh dari bayang-bayangku tadi. Ibuku keok.
Finnaly,
ayahkulah yang turutn tangan untuk memusnahkan ular nakal itu. Nggak tau deh
menggunakan jurus apa, yang jelas hanya dengan waktu kurang dari 5 menit ayah
keluar dengan membawa ular unyu nan nakal yang udah nggak berdaya. Melihat itu
ibuku udah tenang kembali.
Super
hero yang sesungguhnya untuk situasi sperti ini adalah Ayah!!!! Yeeeaaahhh, ini
bukan berarti ibu nggak ada apa-apanya. Ibu mah, tetep yang nomer satu di hati
aku. Beliaulah pahlawan sejatiku. Hohoho. Hari ini thank’s mom, thank’s dad!!!
Love you full